Borogojol, mediadesaku.com
Desa dibentuk berdasarkan kebutuhan masyarakat di daerah tertentu yang satu dengan daerah lain berbeda kulturnya. Desa dilihat dari sudut pandang sosiologi yaitu, desa digambarkan sebagai suatu bentuk kesatuan masyarakat atau komunitas penduduk yang bertempat tinggal dalam suatu lingkungan dimana mereka saling mengenal Corak kehidupan mereka relatif homogen serta banyak bergantung kepada alam, mempunyai sifat yang sederhana dengan ikatan sosial, adat, dan tradisi yang kuat.
Sosiologi Pedesaan dipahami sebagai penerapan teori-teori (umum) sosiologi dalam mempelajari masyarakat. Smith dan Zophf dalam Bahrein (1996) mengemukakan bahwa sosiologi pedesaan adalah sosiologi dari kehidupan pedesaan (sociologi of rural life). Studi ini adalah suatu pengetahuan yang sistematik sebagai hasil, penerapan metode ilmiah dalam upaya mempelajari masyarakat pedesaan, struktur dan organisasi sosialnya, sistem dasar masyarakat, dan proses perubahan sosial yang terjadi. Pendapat Smith dan Zophf didukung oleh Wiriatmaja dimana sosiologi pedesaan adalah ilmu yang mencoba mengkaji hubungan anggota masyarakat di dalam dan antara kelompok-kelompok di lingkungan pedesaan.
Karakteristik Masyarakat Desa
Secara umum, dalam kehidupan masyarakat di pedesaan dapat dilihat beberapa karakteristik yang dimiliki, sebagaimana dikemukakan oleh Roucek dan Warren, dalam Jefta (1995) yaitu:
a. Mereka memiliki sifat yang homogeny dalam hal mata
pencaharian, nilai-nilai budaya, sikap dan tingkah laku.
b. Kehidupan di desa lebih menekankan keterlibatan anggota keluarga dalam kegiatan pertanian untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Keluarga juga berperan sebagai pengambil
keputusan yang final dalam memecahkan persoalan.
c. Faktor geografis sangat berpengaruh terhadap kehidupan bermasyarakat, misalnya adanya keterikatan, anggota masyarakat
dengan tanah atau desa kelahirannya.
d. Hubungan sesama anggota keluarga masyarakat lebih intim dan
jumlah anak pada keluarga inti lebih banyak.
Gambaran beberapa teori yang lazim dipergunakan unutk memahami gejala sosiologi pedesaan dan perkotaan.
Bintarto (1989) mengemukakan bahwa desa adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu dapat dilihat pada unsur-unsur fisiografi, sosial dan ekonomi, politik dan kultural yang saling berinteraksi antara unsur tersebut dan juga dalam hubunganya dengan daerah-daerah lain. Sementara itu Sutardjo Kartohadikusumo menyatakan bahwa desa adalah satu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.
Daldjoeni (1997: 44-45) mengatakan bahwa kota pada awalnya bukanlah tempat pemukiman, melainkan pusat pelayanan. Sejauh mana kota menjadi pusat pelayanan bergantung pada sejauh mana pedesaan sekitarnya memanfaatkan jasa-jasa kota. Sjoberg dalam Daldjoeni (1997: 30) melihat lahirnya kota lebih dari timbulnya suatu golongan spesialisasi nonagraris, bahwa orang yang berpendidikan merupakan bagian penduduk yang terpenting. Pengertian ini bisa kita lihat bahwa kota telah menjadi pusat pelayanan (pelayanan pemerintahan, pendidikan, jasa, rekreasi dan lainnya) sekaligus pusat kegiatan sosial, kegiatan perekonomian, dan pusat-pusat hunian.
DAFTAR PUSTAKA
Susilawati, Nora. 2012. Sosiologi Pedesaan. Sosiologi Pedesaan. https://osf.io/67an9/ download/?format=pdf
Saebani, Beni Ahmad. 2017. Sosiologi Perkotaan “Memahami Masyarakat Kota dan Problematikanya”. Bandung : CV PUSTAKA SETIA
Tahir, M. Irwan. Jurnal. Sejarah Perkembangan Desa Di Indonesia :
Desa Di Masa Lalu, Masa Kini Dan Bagaimana Masa Depannya.